Kini Gedhek di Lombok menjadi barang idola sekaligus langka. Ini disebabkan karena dinding yang terbuat dari anyaman bambu ini banyak di buru warga, sehingga ketersediaannya pun mulai terbatas.
Warga memanfaatkan Gedhek untuk membuat Rumah Hunian Sementara (RHS), semenjak rumah mereka hancur luluh lantah akibat gempa beberapa waktu yang lalu. Hal ini lantas menjadikan harga Gedhek melambung tinggi di Lombok.
Relawan WMI tidak kehabisan akal untuk menghadapi situasi ini. Itulah mengapa relawan WMI mendatangkan Gedhek dari luar Lombok, yaitu dari pulau jawa, tepatnya dari Situbondo, Jawa Timur dan Parung, Bogor. Selain harga yang menjadikan faktor utama juga ketersediannya yang dinilai bisa mencukupi.
Rabu (19/09/2018) sebanyak 1.500 Gedhek yang diangkut dengan menggunakan 2 truk telah di berangkatkan menuju Lombok. Masing-masing sebanyak 600 lembar Gedhek dari Parung, Bogor dan sisanya 900 lembar Gedhek dari Situbodo, Jawa Timur.
Sejumlah 1.500 lembar Gedhek yang didatangkan dari pulau jawa ini dapat diwujudkan atas peran para donatur yang turut membatu mensukseskan program Rumah Hunian Sementara (RHS) WMI di Lombok. Mereka diantaranya adalah Notaris Muslim Indonesia (NMI), Yayasan Annisa Mahendra Putri (AMP), Majelis Ta’klim Al Islah, dan Studi Islam Al-Hilal.
Sesampainya di Lombok 1.500 lembar Gedhek ini nantinya akan di gunakan untuk program RHS tahap 2 di Desa Kayangan dan Dangiang. Diharapkan dengan adanya RHS ini warga dapat segera pulang ke desanya guna melakukan aktifitas secara normal kembali, dimana selama ini warga sudah merasa bosan tinggal di camp pengungsian.
Salurkan bantuan Anda untuk program Rumah Hunian Sementara ini melalui rekening donasi Yayasan Wahana Muda Indonesia.
Leave a Reply