JAKARTA (28/21) Sekretaris Jenderal (Sekjen) Wahana Muda Indonesia (WMI) bang Nur S Azhari mengikuti Peringatan Sumpah Pemuda ke 93 tahun, sebagai Pemateri dalam WEB DINAR yang diadakan Mahasiswa Komputer Pencinta Alam (MAKOPALA) Universitas Budi Luhur. Seminar virtual ini terkait peranan pemuda dalam mitigasi bencana. Pemateri lain adalah dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan BNPB, peserta web dinar ini dari kalangan mahasiswa, aktivis NGO dan warga yang berpotensi terdampak.
Dr.Ir. Wendi Usino,M.Sc.,MM mewakili Universitas Budi Luhur menyampaikan banyak Potensi bencana alam akibat posisi geografis indonesia yang berada di sabuk cincin api dunia, terjadinya perubahan iklim yang menimbulkan banjir diberbagai negara.
“Semua bencana berresiko terhadap keselamatan dan kemanusiaan, untuk indonesia penanggulangan bencana ada badan yang menanganinya yakni (BNPB). Keterlibatan Kampus mungkin dalam manajemen prabencana penanggulangan bencana, sesuai dengan potensi kampus memiliki yang sumberdaya manusia baik para dosen atau mahasiswa, khususnya pencinta alam. Universitas Budi Luhur akan membuka kelas manajeman bencana sebagai komitmen dalam pentahelik penanggulangan bencana”, pungkas Dr.Ir. Wendi Usino,M.Sc.,MM
Ketua MAKOPALA menyampaikan Jakarta siaga menghadapi La Nina pada bulan ini (oktober sampai maret 2022) jakarta akan terus menghadapi hujan dengan intensitas lama dan curahnya tinggi, berpotensi menyebabkan bencana banjir, dan kampus Budi Luhur sering terdampak, kita harapkan web dinar ini meberikan landasan ilmu bagi pemuda terlibat dalam mitigasi bencan ujar Aldi “raker” Pratama.
WMI melihat Mitigasi bencana adalah bagian dari rangakaian proses manajemen pra (sebelum) bencana, kesiapsiagaan, peringatan dini, ini semua merupakan upaya maksimal untuk mengurangi risiko bencana. Titik berat Program mitigasi bencana ada di pemerintah disinilah perlunya good will dan kemampuan eksekusi kebijakan, karena mitigasi terkait penatataan ruang dan pengaturan pembangunan, pembanguan infrastruktur, tata bangunan. Konflik kepentingan dalam penaataan ruang ini kadang abai terhadap potensi bencana. Oreintasi pembangunan infrastruktur yang menggebu-gebu dalam merubah tata ruang secara fisik kadang tidak sebanding dengan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Masa depan kemajuan Indonesia adalah lestarinya alam dan kehidupan generasi muda yang akan datang. Kerusakan alam akibat berubahnya tataruang, keserakahan pembanguan, tata bangunan yang tidak ramah alam menjadikan bencana hanya menunggu waktu saja. 93 tahun sumpah pemuda memiliki relevansinya ketika tataruang tanah dan air indosesia banyak yang berubah. WMI mengapresiasi Makopala Universitas Budi Luhur mengadakan Webinar “Peran Pemuda Terhadap Mitigasi Bencana Banjir”
Kita bisa berkolaborasi dalam mitigasi bencana melalui program investasi jangka panjang seperti penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern. Kuncinya adalah terkoneksi antara kebijakan pemerintah dalam perubahan tata ruang, pengaturan pembanguunan dan infrastrukur serta penataan bangunan, yang siap menghadapi bencana, serta memiliki sistem peringatan dini, masyarakatnya teredukasi dan tangguh menghadapi kondisi bencana, dan bisa cepat melakukan pemulihan.
Leave a Reply